mengenang secercah masa, menjalin kuat asa..


Mungkin tertatih diri ini berlari..
terkadang begitu lemah jiwa ini merangkai mimpi..
begitu sombong diri ini mendamba surga
tapi terlalu lemah pijakan raga dan terseok langkahnya

dan kini aku rindu..
rindu pada lelah yg menyerah kalah dalam semangat beramal yang tak kenal goyah
rindu pada air mata sesal kala kebaikan beramal terkalahkan urusan-urusan duniawi
rindu pada simbah peluh yang mengalir luruh membasahi langkah yang dengan paksa terus ku kayuh
rindu pada langkah kaki yang terengah berlari hanya untuk mengisi lingkaran-lingkaran kecil di masjid hijau menemui senyum-senyum yang begitu berarti
rindu pada syuro-syuro di setiap pergantian waktu, dengan durasi panjang, tetap dengan catatan keterlambatan 😛
rindu pada pekik takbir yang mengguncang singgasana suci arasy Allah tertinggi
rindu gelora jihadul lail dan tangis muhasabah pewarna dauroh tarqiyah
rindu sekaan tangis dan tulusnya tawa pewarna ukhuwah penuh cinta
rindu tugas baca, hafalan, tafsir, jaulah.. semua rangkaian pengikat iman
rindu pada nasihat kakak-kakak tingkat atas yang sedikit menyentil dan banyak menyindir
rindu pada senyum dan dukungan sahabat untuk sama2 berangkat menggapai kebaikan terdekat
1 rindu.. 2 rindu.. banyak rindu..

Jalan ini memang tidak bertabur bunga..
hanya hias kerikil dan duri yang ada..
namun tak jua mau jalan itu terganti..
karena ku yakin, semua kerinduan ini harganya tiada terperi..
meskipun ia dan mereka menawarkan dunia dan segala isinya..
tetap jalan dan keistiqomahan ini yang ku pinta..

entah setengah atau mungkin tak seperempatnya ku berjalan disana..
maaf bila masih banyak kecacatan dan kelemahan dalam gerak langkahnya..
dan kembali.. syair ini mengingatkan diri..
mengalun kuat, membersitkan gelora jihad..
akan jalinan kebaikan dan semangat perbaikan..

Kisah ini adalah sejarah kami
sekeping hati
segenggam harapan
seberkas mimpi
membelakangi isti’jal
memalingkan laghwi
dan sebab fikrah bergandengan
memeluk hangat dakwah ini

—kisah ini adalah romantika kami, dan tetaplah tunjuk satu bintang di atas cahaya-Nya yang abadi..

 

Cinta Ummi Karena Allah :’)


Everytime I think of you
You always make me smile
Whenever I feel down
You know how to cheer me up

And everything I feel confused
And I don’t know which way to choose
One things for sure
I can always count on you

When I am near
Or when I’m far
Or when I’m completely lost..

In my heart I have no fear
Cos you’re my guiding star..

Ummi
You know that I love you
No matter what I
Say or do
I can never thank you

Ummi
You know that I love you
You are the proof
Of what love can do
Truly you are Gods miracle

You’re my shelter from the rain,
You’re the shoulder I cry on,
Whenever I feel pain,
One touch from you and the pain is gone!

And all I’ve ever dreamed to be
Is to make you proud of me
Cos never once
Did you turn your back on me

Your healing words,
Your tender touch
The warmth of your embrace..

The beauty of your soul
Shines through your loving face!

Your name
Was there first word I’ve ever spoken
You held my hand
Through the first steps I’ve taken, oh…
When I wasn’t well
You watched me through the night
That is why
Paradise is under
Your feet

[Irfan Makki]

Really love u, Ummi.. Daa-iman wa abadan insya Allah :’)

quotes #1


“Ya Allah, tiada kemudahan kecuali Engkau yang menjadikan segala sesuatunya mudah, dan Engkau-lah yang menjadikan segala yang sulit dan susah menjadi mudah. Maka ya Allah, kutitipkan apa yang kuketahui kepada-Mu dan berikanlah ketika aku membutuhkannya..”

Sebab ilmu adalah cahaya-Mu, maka, izinkan ia terus memenuhi ruang hidupku, meninggikan derajatku, dan menambah ketaqwaan dan keimananku pada-Mu..
Bismilllah ya Rabb, dengan menyebut nama-Mu, kupersembahkan pengabdian terbaikku.

 

–senin, 27 Feb 2012

Kesabaran, adakah batasnya?


Saat kelelahan menghampiri diri di tengah peliknya perjuangan, terkadang kita bertanya pada hati, sampai kapankah kita harus bersabar?

Sampai akhirkah? Sampai matikah? Atau sampai kita benar-benar merasa lelah? Atau saat kita sudah merasa putus asa?

Akhir? Bukankah ia penghujung dari sebuah permulaan? Jadi bukan akhir yang menjadi batas kesabaran.

Mati? Bukankah ia batas dari sebuah kehidupan? Jadi bukan kematianlah yang menjadi batas kesabaran.

Lelah? Memang seberat apakah cobaan dan rintanganmu? Sudah melebihi sulitnya rintangan da’wah Rasulullah-kah? Hingga kau merasa menjadi yang paling lelah..

Atau saat kita sudah merasa putus asa? Namun..bukankah kita tidak boleh berputus asa dari rahmat-Nya?

Lalu, adakah batas dari sebuah kesabaran?

Ya, tentu saja ada. Bukan berarti tidak ada. Namun, apa yang membatasi sebuah kesabaran?

Allah berfirman:

“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu cobaan sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan dengan bermacam-macam cobaan sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman yang bersamanya: “Kapankah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah bahwa sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat..” (QS Al-Baqarah: 214)

Ya. Bahwa pertolongan Allah-lah yang menjadi batas dari sebuah kesabaran. Bahwa pertolongan Allah-lah indicator berhasil tidaknya kita bertahan untuk bersabar..

Ketika kita bertanya kapankah pertolongan Allah datang, maka berhusnudzonlah, bahwa pertolongan Allah itu sangat dekat. Ia takkan pernah menyia-nyiakan perjuangan kita. Begitu pun Ia takkan pernah membiarkan kita terlarut dalam sebuah ujian yang tak berpenghujung..

Lalu bagaimana jika pertolongan Allah tak jua datang?

Allah berfirman:

“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu..“ (QS. Ali-Imran: 200)

Teruslah bersabar, sahabat.. sebab kita tak pernah tahu kapan pertolongan Allah itu datang.. yang kita tahu adalah janji-Nya tak pernah ingkar pada hamba-hamba-Nya.. bahwa pertolongan-Nya amat dekat bagi mereka yang terus bersabar dan percaya. Percaya pada apa yang Allah tetapkan. Terus berikhtiar menggapai keridhaan. Tak pernah berputus asa dari rahmat-Nya yang luas..

Sungguh, sebaik-baik perencana adalah Allah. Maka, janganlah kau terburu-buru terhadap sesuatu yang telah Allah tunda padahal ingin kau segerakan. Dan janganlah mengeluh terhadap sesuatu yang Dia segerakan padahal ingin kau tunda. Boleh jadi apa yang kau benci adalah sesuatu yang baik bagimu dan apa yang kau cintai adalah sesuatu yang buruk bagimu..

Dialah Zat yang Maha Tahu akan kapasitas hamba-hamba-Nya. Maka janganlah mengeluh jika kemenangan tak jua datang. Namun yakinlah, bahwa Ia akan memberikan sesuatu yang terbaik sesuai dengan kadar kepayahanmu. Allahlah yang menciptakan manusia, maka Dialah yang bertanggungjawab untuk memeliharanya.

Berdoalah, dan sandarkan dirimu dengan sebenar-benarnya sandaran pada-Nya. Tak ada keraguan sedikitpun di dalamnya. Yakinlah, percayalah dan terus percaya. Juga tak boleh ada keraguan sedikitpun di dalamnya. Sebab Ia tak akan pernah meninggalkan kita walau sedetik saja Sebab Ia, sangat dekat dengan kita, bahkan lebih dekat dari urat nadi kita sendiri..

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. Al-Baqarah: 186)

 

–maka yakinlah, pertolongan Allah itu sangat indah di waktu yang tepat 🙂

Tentang Aku dan Cahaya


Akan kuceritakan tentang sebuah kisah persahabatan nan indah. Persahabatan yang dilandasi keimanan dan ketaqwaan. Persahabatan yang tercipta karena-Nya dan untuk-Nya semata. Persahabatan yang kuharap tak hanya berakhir di dunia, tetapi kekal hingga ke surga.

Kisah itu bermula saat aku menduduki kelas dua SMP di sebuah boarding school di Bogor. Aku menyebutnya sebuah penjara suci, sebab di sana aku merasa dipenjarakan dan dijaga dari hal-hal yang dapat menjauhkanku dari Islam. Ya, sebuah pesantren kecil yang memiliki banyak kenangan. Kenangan saat pertama kali aku memadu cinta dengan Sang Maha Pemilik Segala.

Aku memiliki seorang sahabat dengan karakter yang sangat berbeda denganku. Ia koleris, sementara aku melankolis. Ia berjiwa pemimpin, sementara aku pemikir. Ia sangat acak dalam segala hal, sementara aku sangat teratur, rapi, dan terjadwal. Begitulah kami saat dahulu. Saat pertama kali mengenal satu sama lain dalam diskusi tak berujung selesai shalat di masjid pesantren.

Aku kagum padanya. Ia sangat ambisius terhadap mimpi-mimpinya. Berkemauan keras mewujudkan segala cita-citanya. Ia selalu unggul di semua bidang. Hafalannya banyak, akademiknya bagus, dan ia adalah siswa teladan dan terbaik lulusan SMPku. Tidak hanya itu, ia selalu mencari pemecahan praktis dari setiap masalah, dan bergerak cepat dalam mengorganisasikan sesuatu. Ia selalu terdorong dengan tantangan, tantangan, dan tantangan..

Entah mengapa.. aku merasa Allah selalu menyamakan kami dalam banyak hal. Dulu kami pernah memiliki keinginan untuk melanjutkan studi SMA ke sebuah Madrasah Aliyah di Kuningan, MA Husnul Khatimah. Kami pernah bercita-cita untuk kuliah di Al-Azhar Kairo untuk mendalami ilmu Islam secara kaaffah. Namun saat segala sesuatunya telah tersusun rapi, orang tua kami berubah pikiran dan menyuruh kami untuk melanjutkan studi ke SMA negeri. Akhirnya kami tak bisa mengelak, sebab alasannya sangat logis.

“Biar kamu tau kondisi ummat yang real seperti apa. Kan kalo di pesantren lingkungannya homogen. Tapi kalo di SMA negeri, kamu bisa ketemu sama banyak orang yang beda-beda karakternya. Ladang da’wahnya makin luas, makin banyak pahala juga insya Allah,” begitulah petikan kalimat Abi yang membuatku tak bisa mengelak keinginannya.

Singkat cerita, akhirnya kami sama-sama melanjutkan studi kami di SMA negeri, aku di SMA Negeri 14 Jakarta, dan dia di SMA Negeri 34 Jakarta.

Meski terdapat perubahan pada life-plan kami, life must go on tentunya. Akhirnya, kami sama-sama bertekad, melakukan yang terbaik yang bisa kami lakukan untuk din ini. Salah satu tekad kami yang selalu kuingat sampai sekarang adalah, kami ingin membuktikan pada dunia, pada banyak orang, bahwa muslimah itu prestatif dalam segala hal. Ia tak hanya memiliki kepandaian dalam hal agamanya, tetapi ia juga cerdas melalui karya-karya nyata prestasinya.

Selama 3 tahun masa pengembaraan, kami menemukan banyak hikmah yang terserak. Salah satunya adalah bahwa Allah memeberikan skenario terbaik yang sangat spesifik pada setiap insan. Bahwa di balik rencana-rencana hidup yang sudah kita tuliskan, Allah memiliki rencana yang jauh lebih sempurna dan indah..

Sungguh berat memang, menjalani hari-hari selama 3 tahun dengan penuh perjuangan. 3 tahun yang penuh suka dan duka. Saat kami sama-sama ditunjuk sebagai Koordinator Akhwat ROHIS di SMA kami. Tentu saja itu merupakan amanah yang tak mudah. Bertanggung jawab atas kelangsungan da’wah kemuslimahan di sekolah kami. Menjadi teladan sekaligus figur utama sesosok perempuan yang bisa menjadi contoh dan panutan bagi seluruh siswi muslimah di sekolah. Namun ternyata, kami menemukan banyak hal yang indah di setiap tapak perjuangan kami.. Melalui da’wah kemuslimahan, kami diberi kesempatan untuk mencitrakan bahwa muslimah adalah sesosok wanita yang didambakan surga.. Melalui jalan ini tentunya, kami dikenalkan dengan sebuah kata yang kedahsyatannya mampu mengguncang dunia: UKHUWWAH.

1 tahun kepengurusan membuat kami sering bercerita satu sama lain tentang bagaimana kondisi mad’u di masing-masing sekolah. Termasuk juga saling berbagi cerita tentang platform atau blue print ROHIS sekolah kami. Atau saling menyarankan, memberi kritik yang membangun tentang konsep syiar, kaderisasi, pembinaan, kementoringan dan banyak hal lainnya. Tentang suka duka perjuangan kami dalam mengemban amanah da’wah..

Tak hanya itu, kami juga sangat suka bercerita tentang kondisi akademik kami. Fastabiqul khairat dalam menggapai prestasi di kelas, atau tentang kompetisi-kompetisi berskala nasional yang kami ikuti. Hingga suatu saat, meski Allah memisahkan kami di sekolah yang berbeda,  Allah mempertemukan kami dalam berbagai kompetisi yang kami ikuti.

Sungguh di luar dugaan, saat Allah mengizinkan kami bertatap wajah, saling berpeluk hangat dalam indahnya ukhuwwah di sebuah kompetisi MHQ tingkat provinsi yang diadakan DIKTI pada saat kami menduduki kelas 2 SMA. Aku mewakili Jakarta Timur dan ia mewakili Jakarta Selatan. Ketika itu, gemuruh rindu menyelimuti hati kami, setelah sekian lama tak jumpa karena kesibukan yang tak kunjung selesai..

Juga saat kami dipertemukan dalam rangka Olimpiade Sains SMA tingkat provinsi. Lagi-lagi aku mewakili Jakarta Timur untuk bidang Kimia, dan ia mewakili Jakarta Selatan untuk bidang Biologi. Berjuang bersama, mengikhlaskan niat hanya karena Allah semata. Namun, Allah belum berkehendak mengizinkan kami melanjutkan ke tahap yang lebih tinggi.

Dan kini.. kami ditakdirkan untuk melanjutkan kuliah di daerah yang sama. Bandung-Jatinangor. Tidak jauh bukan? Kurang lebih, butuh waktu sekitar satu setengah jam untuk mengunjunginya di sana. Dan tahukan kalian? Kami menggeluti bidang keilmuan yang beririsan satu sama lain. Mikrobiologi dan Kedokteran Umum. Sesuatu yang berdekatan bukan? 🙂

Ah, apa aku saja yang  menyama-nyamakan? (tidak menemukan diksi yang tepat) Sampai hal yang kecil seperti ini menjadi sesuatu yang istimewa?

Aku hanya berfikir, di antara triliyunan orang di dunia, di antara milyaran perempuan di dunia, kami memiliki banyak kesamaan dan muyul (kecenderungan). Kami selalu dipertemukan dalam situasi dan kondisi yang berbeda. Hingga bertambahlah kecintaan dan kerinduaan kami pada Sang Rabbul ‘izzati..

Ah betapa, dan mengapa Allah seringkali menunjukkan ke-Mahabesaran-Nya. Dengan segala kejutan-kejutan yang ia berikan pada kami, Ia hendak menunjukkan betapa indahnya ukhuwwah karena-Nya. Ukhuwwah yang berlandaskan keimanan dan ketaqwaan pada-Nya..

Di saat aku memperjuangkan impianku untuk berkuliah di jurusan Teknik Kimia, ada saja cara Allah yang membuatku beralih ke jurusan yang bisa membuat kami saling beririsan satu sama lain. Entah saat aku gagal menembus PMDK UI atau USM I ITB, tetapi ternyata Allah memang menghendaki kami bergelut dalam keilmuan yang tak jauh berbeda.Yang pada akhirnya, aku melanjutkan studiku di SITH ITB.

Begitu juga ketika ia memperjuangkan impiannya. Saat beberapa PTN menolaknya untuk menjadikannya salah satu mahasiswi kedokteran, pilihan keduanya selalu menjadi hasil jerih payahnya. Entah saat mencoba SIMAK UI dengan pilihan pertama FK dan kedua Biologi, juga saat UTUL UGM dengan pilihan yang sama, Allah menghendakinya untuk lolos di pilihan kedua. Namun siapa sangka? Sungguh benar janji Allah itu. Saat SNMPTN menjadi kesempatan terakhirnya menggapai mimpi, Allah menghendakinya lolos di FK Unpad.

Ah ya Allah. Entah harus seperti apalagi aku mengungkap syukurku. Telalu banyak nikmat-Mu, sementara terlalu sedikit penghambaanku.. Ighfirli Robbi..

Ya. Aku sangat bersyukur memiliki sahabat sebaik ia. Menurutku, ia adalah sesosok cahaya yang mampu menyinari dunia karena akhlaqnya yang indah. Seperti namanya, Nur ‘Afifah. Sesosok cahaya yang selalu menjaga kehormatannya. Sesosok perempuan yang mampu menjadi teladan bagiku dalam beramal. Seorang sahabat yang mampu mengingatkanku ketika lengah, menguatkanku saat lelah, atau menjadi motivator dalam menggapai jannah..

Suatu saat, aku pernah mentadabburi sebuah hadist yang kuhafal saat SMP. Bunyinya seperrti ini: “Ashshalaatu nuurun, washshadaqatu burhaanun washshabru dhiyaa’un wal qur-aanun hujjatun laka aw ‘alaika..” yang artinya: “Sholat adalah cahaya, dan sedekah adalah bukti. Sabar adalah sinar yang terik, dan al-Qur-an adalah hujjah yang akan membelamu atau (boleh jadi) melawanmu..”

Nur: Cahaya. Shabr: Sabar. Dan kesabaran adalah sinar. Bukankah begitu Rasulullah menyatakan dalam haditsnya? Ah, bahwa kami memang akan selalu ditakdirkan bersama insya’ Allah. Bahwa cahaya dan sinar memang akan selalu bersama. Ia cahaya, dan aku sinar. Seperti matahari yang tak pernah henti memberi manfaat pada dunia. Ia tak pernah enggan tuk membagi kehangatan kasihnya..

Kuharap, Allah takkan pernah membiarkan ukhuwwah kami terputus di sini. Kuharap, surga dapat menjadi terminal akhir kami dalam menapaki jalan perjuangan. Kuharap, kami bisa bercengkrama bersama di taman surga, bernostalgia tentang amalan-amalan kami di dunia.. Kuharap, Ia izinkan kami bersenda gurau bersama ummul mu’miniin kelak di pinggiran sungai salsabila. Kuharap, hati-hati ini akan selalu terikat erat dalam lingkup cinta dan kasih-Nya yang abadi..

“Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui bahwa hati-hati ini telah berhimpun dalam cinta pada-Mu, telah berjumpa dalam ketaatan kepada-Mu, telah bersatu dalam dakwah kepada-Mu, telah berpadu dalam membela syari’at-Mu..

Maka kokohkanlah ya Allah, ikatannya, kekalkanlah kasih sayangnya, tunjukilah jalan-jalannya, penuhilah hati-hati ini dengan cahaya-Mu yang tiada pernah pudar..

Lapangkanlah dada kami dengan limpahan keimanan kepada-Mu dan keindahan tawakkal kepada-Mu. Nyalakan hati kami dengan ma’rifat kepada-Mu, matikanlah kami dalam syahid di jalan-Mu..

Sesungguhnya Engkaulah sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong..

 

Bandung, 26 Februari 2012

Di sepertiga malam-Nya yang syahdu,

Saat senyum cerianya membuatku rindu..

Total Biodiversity Inventory Kareumbi Jawa Barat-HIMASITH NYMPHAEA ITB


Total Biodiversity Inventory Kareumbi Jawa Barat – HIMASITH NYMPHAEA ITB

sekedar share 🙂

pengalaman berharga yang tidak akan terlupakan insya’ Allah. menjelajah sebagian kecil kawasan bumi Allah yang luas. memahami hakikat penciptaan melalui ayat-ayat kauniyah-Nya yang indah. mencoba menelaah makna setiap relung ekosistem yang Allah ciptakan. menyelami dalam pantulan kasih-Nya pada setiap insan..

Ah ya Allah, selalu ada alasan untuk terus mencintai-Mu

 

–22 Februari 2012


sekedar share 🙂

pengalaman berharga yang tidak akan terlupakan insya’ Allah. menjelajah sebagian kecil kawasan bumi Allah yang luas. memahami hakikat penciptaan melalui ayat-ayat kauniyah-Nya yang indah. mencoba menelaah makna setiap relung ekosistem yang Allah ciptakan. menyelami dalam lautan kasih-Nya Yang Maha Agung pada setiap insan..

Ah ya Allah, selalu ada alasan untuk terus mencintai-Mu

–22 Februari 2012

Hakikat Wanita Shalihah ♥



“Wanita shalihah adalah sebaik-baik perhiasan dunia; kemuliaannya mengalahkan tumpukan emas, intan dan permata. Ia memiliki hati seperti embun yang merunduk tawadhu’ di pucuk-pucuk daun. Seperti karang yang berdiri tegar di antara derasnya arus kehidupan. Memiliki iman seperti  bintang, terang benderang menerangi kehidupan. Ia seperti sekuntum mawar yang datang dari surga; anggun di balik perisai ketegasan, cantik dalam balutan malu, berbinar dalam tunduknya pandangan mata. Ia lembut sekaligus tangguh, ia mempesona meski tak tersentuh, ia serahkan jiwa dan raga sepenuhnya kepada Sang Maha Pemilik Segala.”

(Shabrina Nida Al Husna)

Wanita shalihah.. Jika kita mendengar frasa ini, mungkin yang terbayang di benak kita adalah seorang wanita berkerudung, yang menggunakan jubah panjang sampai ujung kaki, bahkan yang menutup mukanya hingga yang terlihat hanyalah dua pasang matanya. Apakah benar itu yang dikatakan wanita shalihah? Seperti apakah kriteria wanita shalihah menurut Islam?

Jika kita menelaah kembali sejarah wanita sebelum Islam datang, di mana kedudukan wanita sangat rendah, bahkan sebuah keluarga dianggap hina jika melahirkan seorang bayi wanita.  Pada masa itu, wanita sama halnya seperti binatang yang menjijikan. Seorang ayah bahkan boleh menjualbelikan anak perempuannya, mengubur hidup-hidup anaknya dan yang lebih keji lagi para suami rela membagi istrinya dengan teman-temannya. Bisa kita bayangkan jika Islam tidak datang pada masa itu dan kebiasaan itu masih terjadi hingga masa kini?

Betapa pernyataan di atas sedikit menggambarkan kita bagaimana Islam menjaga, bahkan meninggikan harkat dan martabat wanita. Di dalam Al-Qur’an, sangat jelas Allah menggambarkan beberapa kriteria wanita shalihah menurut kacamata Islam, “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS. 30:21)

Jika kita tadabburi makna firman-Nya di atas, kita akan memahami bahwasanya keberadaan kaum wanita memiliki pengaruh dan manfaat yang sangat besar terhadap kaum pria. Di antara mereka terbentuk suatu timbal balik yang saling melengkapi satu sama lain. Maka, sangat tidak benar yang dikatakan bangsa-bangsa jahiliyah (sebelum datang Islam) bahwa keberadaan kaum wanita merupakan suatu musibah yang akan mendatangkan bencana. Karena secara akal sehat, tidak akan terlahir seorang pria tanpa adanya wanita. Karena setiap bayi yang terlahir ke dunia ini adalah berasal dari rahim yang dimiliki seorang ibu. Namun, bukan berarti dengan jasanya kaum wanita yang melahirkan, lantas ia selalu tergolong wanita shalihah. Melainkan, wanita shalihah yang tergolong dalam kategori Islam adalah wanita yang  mampu memposisikan dirinya pada setiap situasi dan kondisi kehidupan.

Taat kepada Allah merupakan hal yang sangat urgent yang harus dimiliki seorang wanita shalihah. Karena kecantikan hakiki seorang wanita dapat dilihat dari ketaatannya kepada Allah swt. Ketaatan kepada Allah dapat berupa keimanan dan mewujudkan keyakinannya dari segala tingkah lakunya. Taat terhadap semua aturan yang Dia tetapkan, segera menyadari kekhilafannya dengan bertaubat, rajin beribadah, berpuasa sunnah dan senantiasa menelaah ilmu-ilmu islam agar keimanannya selalu bertambah setiap saat.. Inilah cakupan yang amat menyeluruh dari kepribadian wanita shalihah.

Di dalam Al-Quran surat An-Nur ayat 30-31, betapa luar biasa Allah menggambarkan kriteria seorang wanita shalihah. Ia senantiasa mampu menjaga pandangannya. Ia selalu taat kepada Allah dan Rasul Nya. Make up-nya adalah basuhan air wudhu. Lipstiknya adalah dzikir kepada Allah. Celak matanya adalah memperbanyak bacaan Al-Quran…

Wanita shalihah juga sangat memperhatikan kualitas lisannya. Ia menjaga setiap tutur katanya agar bernilai bagaikan untaian intan yang penuh makna dan bermutu tinggi. Dia sadar sepenuhnya bahwa kemuliaannya bersumber dari kemampuannya menjaga diri (iffah).

Wanita shalihah.. dengan cuma-cuma, ia memberi senyumnya pada dunia. Baginya, senyum adalah shadaqah. Namun, tidak pada setiap laki-laki yang dijumpainya diberikan senyuman manisnya. Senyumnya adalah senyum ibadah yang ikhlas dan tidak menimbulkan fitnah bagi orang lain. Dan keandilannya dalam bergaul menambah kecintaan orang lain padanya. Baginya, da’wah di semua kalangan adalah ibadah. Tak memandang apakah mereka membencinya atau tidak. Tapi ia, selalu tampak indah dengan ketulusan hatinya.

Wanita shalihah.. ia senang berfikir tentang lingkungan sekitarnya. Ia selalu berusaha mengambil hikmah dari setiap kejadian yang menimpanya. Ilmunya selalu bertambah seiring dengan rasa keingintahuannya. Ia selalu menebar inspirasi dari karya-karya nyatanya yang medunia. Ia tak pernah kalah dengan lelah, selalu tunduk dalam patuh. Menyerahkan seluruh jiwa raga dalam penghambaan yang utuh kepada Rabb-nya.

Wanita shalihah.. dengan rasa malu yang membingkai lakunya, segala tutur kata dan tindak tanduknya selalu terkontrol. Ia tidak berbuat sesuatu yang menyimpang dari bimbingan Al-Quran dan Sunnah. Ia kerap mempertimbangkan semua yang akan dilakukannya. Ia senantiasa berfikir dampak dari setiap tingkah lakunya. Hal ini ia lakukan untuk menjaga dan memelihara dirinya dari fitnah dan perbuatan yang tidak diridhai-Nya. Dengan ketegasannya dalam mengambil keputusan, ia tunjukkan jati dirinya yang sebenarnya. Dengan ketundukan hatinya pada Rabb Pemilik Semesta, ia pancarkan dalam tundukkan pandangannya pada yang diharamkan..

Wanita shalihah.. ia yang membuat bidadari surga cemburu karena kecantikan akhlaknya.. ia membuat jutaan laki-laki ingin memilikinya karena kelembutan hatinya dan ketegasannya dalam bersikap. Ia yang membuat seorang wanita separuh baya merasa bahagia memiliki aset istimewa yang dapat melahirkan generasi-generasi terbaiknya..

“Di dalam surga itu ada bidadari-bidadari yang sopan menundukkan pandangannya..” (QS. Ar-Rahman(55): 56)

Maka wanita shalihah adalah dirimu.. yang siap melakukan perubahan besar ke arah yang lebih baik. Yang siap menunjukkan karya-karya nyatanya pada dunia. Yang siap menginspirasi karena akhlaknya yang indah. Yang siap mengabdikan seluruh hidupnya untuk Allah. Yang tak pernah kalah dengan lelah, sampai kemenangan Islam berhasil diraihnya, atau syahid menjadi penghujung pengembaraannya di dunia..

 

—-semoga bermanfaat 🙂

New member of my family ♥


Ah, cantik ya. Bibirnya mungil, hidungnya juga mancung. Kulitnya putih, pipinya gembil. Gemas sekali aku dibuatnya. Akhirnya! Setelah 9 bulan menemani ummi mengisi hari, kini ia terlahir ke dunia..

Aku yakin, ia akan menjadi seorang akhwat yang militan nantinya. Sebab selama mengandungnya, ummi selalu membawanya menjalankan amanah-amanah da’wahnya..

Dan kuharap, aku juga bisa menjadi kakak teladan baginya. Yang dari setiap sisi kehidupan, ia bisa melihat hal yang baik dari diriku. Dan semoga.. kelak ia bisa menjadi cahaya bagi dunia. Sama seperti keinginanku, menginspirasi setiap relung kehidupan.

Insya Allah, namanya Hasna Nur Aisyah. Artinya, Kebaikan, Cahaya Aisyah.

Semoga kelak ia mampu menginspirasi sekitar karena akhlaknya, juga karya-karya nyatanya yang mendunia.

Ah adikku, aku yakin, Allah mengirimmu untukku sebagai washilah untuk terus memperbaiki diri..

Cahaya di atas Cahaya..


“…Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah memberi petunjuk kepada cahaya-Nya bagi orang yang Dia kehendaki, dan Allah membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

Al Qur’an Surah An Nur 35

Cahaya Allah itu.. memiliki nilai absorbansi tinggi pada jiwa yang bersih.

Cahaya Allah itu.. nilai persen transmittannya sangat kecil jika dilewatkan pada hati yang senantiasa berdzikir.

Cahaya Allah itu.. lambdanya sesuai dengan fotosistem dalam klorofil cinta.

Cahaya Allah itu.. tidak akan pernah menyatu dengan hati yang jauh dari-Nya.

Karenanya, jadikan dzikir senandungmu dalam lisan. Jadikan shalat saranamu dalam membersihkan jiwa. Jadikan kebaikan mewarnamu dalam hari di setiap langkah perjuangan..

 

“Jagalah Allah di hatimu, niscaya Allah akan menjagamu. Ingatlah Allah di saat lapang, niscaya Allah akan mengingatmu di waktu sempit. Ketahuilah bahwa apa yg ditetapkan luput darimu tidaklah akan menimpamu dan apa yg ditetapkan akan menimpamu tidak akan luput darimu. Ketahuilah bahwa kemenangan itu bersama kesabaran, kemudahan itu bersama kesulitan dan jalan keluar itu bersama kesusahan..” (Hadist Arba’in 19)

 

Ya Allah, berikanlah cahaya pada hati kami, juga pada lisan kami.

Dan berikanlah cahaya pada pendengaran kami juga pada penglihatan kami.

Dan berikanlah cahaya dari belakang kami, juga dari depan kami.

Dan berikanlah cahaya dari atas kami, juga dari bawah kami.

Ya Allah, limpahkanlah pada kami cahaya-Mu yang tiada pernah redup.

Ya Allah, tertatih kami merengkuh cahaya-Mu. Mudahkanlah bagi kami untuk menyempurnakan ketaatan pada-Mu, baik dalam keadaan lapang maupun dalam keadaaan sempit. Baik dalam keadaan sulit maupun mudah. Baik dalam keadaan sakit, maupun sehat..

Sempurnakan cahaya-Mu ya Rabb, pada jiwa yang tak ada daya..

 

Ba’da Isya’

Saat hati tenang setelah menyenandungkan firman-Nya