Bulan Ramadhan selalu istimewa setiap tahunnya. Selalu ditunggu-tunggu kehadirannya, dinantikan kedatangannya oleh hampir seluruh penduduk bumi.
Karena berbagai keistimewaannya itulah, Ramadhan dimanfaatkan oleh sebagian manusia untuk menjadi momen penting dalam hidupnya. Momen perubahan, batu loncatan untuk bergerak lebih cepat, momen persiapan untuk menggenapkan din, dan sebagainya.
Dan di antara mereka, ada pula yang manfaatkannya untuk sekedar memantapkan hati terhadap pilihan2 hidup di masa yang akan datang. Memperkuat doa untuk meneguhkan keyakinan akan pilihan.
Bagi saya, ada dua doa yang hampir selalu saya ucapkan di setiap kesempatan di bulan Ramadhan.
Doa untuk memperkuat keyakinan.
Dan doa agar Allah menunjukkan hal2 yang masih tersembunyi dan memperjelas hal2 yang tampak.
Prediksi saya, tahun ini akan menjadi tahun perubahan. Tahun kapan saya menyetir balik langkah menuju masa depan.
Memutuskan untuk tidak melanjutkan S2 dalam waktu dekat dan memilih jalan social entrepreneurship untuk menuai kebermanfaatan sebagai insan, adalah sesuatu yang Allah cenderungkan sejak awal tahun 2015. Saat itu, saya bertanya-tanya dan berfikir ulang, apa sebetulnya yang ingin Allah tunjukkan dari setiap tanda2 yang datang?
Tiba2 saja saya diminta untuk mengisi pelatihan kewirausahaan sosial di Jatinangor untuk masyarakat Cirebon yang memiliki jagung sebagai potensi lokal daerahnya, pada pertengahan Februari lalu. Sebelumnya, di sebuah acara dauroh, saya dan teman2 dari ITB diberi kesempatan belajar dari Pak Nur Mahmudi, walikota Depok sekaligus tokoh pangan nasional yang merintis program One Day No Rice untuk Kota Depok. Setelah itu, keinginan untuk beaktivitas di ketahanan pangan pun semakin menguat. Pada akhirnya, forum diskusi yang awalnya hanya terbentukĀ karena punya passion yang berbeda tetapi punya visi yang sama, saya dan beberapa teman2 dari ITB pun memutuskan untuk menyeriusi forum ini menjadi ladang amal di masa depan.
Selama ini, saya hanya meminta pada Allah untuk selalu ditunjukkan yang terbaik bagi kehidupan saya. Perkara apakah berkorelasi dengan bidang studi saya atau tidak, menyita banyak waktu dan energi atau tidak, apakah suatu hal yang instan atau tidak, tapi kalau Allah memang berkendak dan menunjukkan jalan2-Nya, kenapa tidak mencoba mengikuti alur takdirnya?
Subhanallah, mashaa Allah, kemudahan-kemudahan itu berdatangan. Allah membukakan berbagai pintu untuk mengakselerasi saya. Bergabung dengan komunitas social entrepreneur, mendapatkan mentor terbaik, dipercaya untuk memegang pasar Jawa Barat oleh pengusaha beras jagung dari Temanggung, deal kontrak untuk pembangunan pabrik di Kabupaten Garut dengan Badan Ketahanan Pangan Jawa Barat, dan diminta untuk mengelola lahan jagung seluas 120 ha. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?
Terlalu banyak nikmat Allah yang kita ingkari sepanjang hidup ini. Terutama untuk hal2 yang bahkan kita tidak notice secara penuh sejak awal bahwa itu adalah karunia terbesar dari-Nya.
Mungkin ada yang bertanya,
Setelah lulus akan beraktivitas apa?
Insha Allah aktivitas di ataslah yang akan saya lakukan selama beberapa tahun ke depan.
Loh, tidak jadi S2?
Mengenai lanjut studi, saya adalah tipe perempuan yang mewajibkan dirinyaĀ untuk terus belajar. Keinginan untuk melanjutkan sekolah tidak akan pernah hilang, selama dengan itu bisa menambah kecintaan saya pada Allah, dan bisa menjadikan saya insan yang lebih baik lagi. Jadi, saya akan melanjutkan sekolah kalau saya sudah merasa butuh sesegera mungkin untuk sekolah, dan suatu hal yang mendrive saya untuk itu adalah dari apa yang saya lakukan untuk ummat.
Kok jadi banting stir?
Siapa bilang? Bukankah ilmu Allah itu luas? Mengapa kita seolah2 mengkotak2an keilmuan, sementara kita sendiri belum tahu batasan dari ilmu-ilmu tersebut? Belajar di kampus adalah proses belajar untuk menemukan passion. Kita belajar untuk mensistematiskan cara berfikir, mengolah data, menganalisis, mempresentasikan, dan sebagainya, yang akan mendukung aktivitas kita pasca lulus dari kampus.
Tapi kan, sayang dong kamu sudah belajar selama 5 tahun di kampus tapi pada akhirnya kamu tidak mendalami ilmu itu?
Semua itu tinggal bagaimana kita mengubah cara pandang dan pola pikir kita. Semakin luas ilmu yang kita pelajari, bukankah semakin tinggi derajat kita di hadapan Allah? Saya rasa, Ilmu hayati juga sangat dekat dengan ilmu pangan dan social-entrepreneurship. Bagi saya, ilmu hayati adalah konten yang akan saya berikan ke masyarakat, sementara social-entrepreneurship adalah tools bagi saya untuk bisa lebih dekat dengan masyarakat. Mewujudkan ketahanan pangan nasional adalah visi saya untuk Indonesia di masa depan. Inshaa Allah.
Mungkin terdengar idealis, tapi yang saya rasakan sekarang adalah Allah menunjukkan jalan-Nya dan menghadirkan kemantapan hati di dalam diri saya untuk mengikuti alur takdir-Nya.
Allahumma tsabbit quluubanaa, wa baariklanaa fii ‘amaalinaa…
Di sisi lain, tentunya setiap keputusan itu menghasilkan konsekuensi logis yang harus dihadapi. Mewujudkan ketahanan pangan nasional adalah suatu hal yang tidak mungkin dicapaiĀ dalam rentang waktu yang singkat. Butuh investasi energi, waktu, dan harta yang banyak. Butuh modal keikhlasan, kesabaran, doa, serta ikhtiar yang berlebih. Tapi selama Allah menjadi mentor yang paling utama, apakah kita perlu meragu?
Maka selama Ramadhan ini, saya meminta pada Allah untuk selalu dikuatkan keyakinan terhadap jalan ini. Karena lagi2, yang kita kejar tidak lain adalah keberkahan..
Selain itu, saya juga meminta pada Allah agar Ia tunjukkan hal2 yang masih tersembunyi dan memperjelas hal2 yang tampak. Karena manusia terlalu sombong untuk meng-claim bahwa ini dan itu adalah yang terbaik untuk mereka. Padahal, parameter-parameter yang manusia miliki masih sangat terbatas, dibandingkan bashirah Allah yang sangat kuat.
Tentunya, hal ini juga berlaku untuk perkara lainnya. Jika Allah memberikan kecenderungan yang lahir sejak satu tahun yang lalu, dan ia masih terus ada hingga saat ini, maka saya hanya meminta pada Allah agar Ia memantapkan hati dan memberikan tanda-tanda kekuasan-Nya untuk memperlihatkan apa2 yang tersembunyi dan memperjelas apa2 yang tampak. Jika jalan itu terbuka, maka Rabbanaa lakal hamdu.. Jika jalan2 itu tertutup, maka di saat itu kita hanya tinggal percaya pada takdir dengan terus memahami bahwa kemungkinan2 lainnya akan bermunculan bergantung pada kuatnya doa2 kita..
Allaahumma baariklanaa fii haadzaa Ramadhan..
Rabbanaj’al addunyaa fii aydinaa wa laa taj’alhaa fii quluubinaa..
Rabbanaa hablanaa min azwaajinaa wa dzurriyatinaa qurrata a’yun, waj’alnaa lil muttaqiina imaama..
Tsabbit quluubanaa ‘alaa diinika wa sharrif quluubanaa ‘ala thaa’atika.
Semoga Allah membimbing saya pada keputusan2 yang melahirkan keberkahan.
Bandung, 13 Ramadhan 1436 H