Happy Eid 1436 H


Allahu akbar Allahu akbar.Selamat tinggal Ramadhan 1436 H.

Sungguh satu bulan yang sangat bermakna.

Potongan episode 1436 H yang sangat berkesan.

Alhamdulillah..

Bagi saya, Ramadhan tahun ini punya makna tersendiri. Sebab Allah mengizinkan saya berhasil melewati satu persatu checkpoint kehidupan.
Dua hari sebelum kedatangan Ramadhan, Allah izinkan saya untuk menyelesaikan studi sarjana dengan predikat yang sangat memuaskan.

Kemudian, Allah membuka berbagai peluang untuk mengakselerasi saya dalam mewujudkan satu persatu visi-misi kehidupan saya.

Allah mengungkap hal-hal yang tersembunyi, dan memperjelas hal-hal yang tampak, sehingga setiap parameter yang menjadi acuan, sangat terasa merupakan parameter yang bersumber dari Allah.

Allah mudahkan dalam proses pencapaian, dalam amal, juga dalam menentukan keputusan-keputusan.

Allah mendewasakan saya dalam keimanan, juga dalam kecintaan kepada-Nya.

Allah mengajarkan pada saya betapa kesempurnaan tawakkal itu menenangkan. Kesempurnaan dalam menerima takdir setelah berikhtiar. Kesempurnaan dalam menyerahkan sepenuhnya pada Allah. Kesempurnaan dalam mempercayai sepenuhnya atas keputusan-Nya.

Ramadhan tahun ini membuat saya mengerti, mengapa beriman kepada Qadha dan Qadar berada pada urutan keenam setelah beriman kepada Allah, malaikat, Alquran, Rasul, dan hari akhir. Sebab untuk memahami ketetapan-Nya, untuk menerima takdir-Nya, kita perlu mempercayai sepenuhnya keberadaan Allah. Perlu mengerti bagaimana posisi malaikat dalam penciptaan alam semesta. Perlu mengetahui Alquran diturunkan sebagai pemimpin, cahaya, petunjuk dan rahmat bagi semesta alam. Perlu mengimani Rasul SAW sebagai teladan walaupun kita belum pernah sekalipun berinteraksi dengannya. Perlu percaya sepenuhnya pada hari akhir meski kekacauannya sulit tergambarkan oleh akal kita sendiri.

Dan taqwa.. Ia adalah buah dari keimanan.

Itulah mengapa Allah hadirkan Ramadhan pada 12 bulan hijriyah. Tidak lain adalah untuk mengupgrade kapasitas keimanan agar sampai pada derajat taqwa, atau mengupgrade kapasitas ketaqwaan untuk sampai pada ketaqwaan yang lebih tinggi.

Ramadhan adalah bukan tentang tercapainya target, bukan pula tentang mendapatkan lailatul qadr. Tapi Ramadhan adalah tentang berbekasnya amal dan tertancapnya semangat lailatul qadr dalam diri.

Fa inna khayru zaadit Taqwa..begitu kata Allah.

Maka sesungguhnya sebaik2 bekal adalah taqwa.

Sebab Taqwa adalah bekal dalam menyongsong 11 bulan berikutnya. Taqwa adalah bahan bakar utama untuk bisa membawa diri pada keberkahan hidup.

Semoga Allah karuniakan taqwa di dalam diri kita dan hadirkan semangat Ramadhan dalam menyongsong bulan2 berikutnya.

“Ya Allah, janganlah Engkau jadikan puasa ini sebagai puasa yang terakhir dalam hidup kami. Seandainya Engkau berketetapan sebaliknya, maka jadikanlah puasa kami ini sebagai puasa yang dirahmati bukan yang hampa semata.”

Happy Eid 1436 H.

‘Iidun sa’iid kullu ‘aamin wa antum bikhayr šŸ™‚

  

Keputusan


Bulan Ramadhan selalu istimewa setiap tahunnya. Selalu ditunggu-tunggu kehadirannya, dinantikan kedatangannya oleh hampir seluruh penduduk bumi.

Karena berbagai keistimewaannya itulah, Ramadhan dimanfaatkan oleh sebagian manusia untuk menjadi momen penting dalam hidupnya. Momen perubahan, batu loncatan untuk bergerak lebih cepat, momen persiapan untuk menggenapkan din, dan sebagainya.

Dan di antara mereka, ada pula yang manfaatkannya untuk sekedar memantapkan hati terhadap pilihan2 hidup di masa yang akan datang. Memperkuat doa untuk meneguhkan keyakinan akan pilihan.

Bagi saya, ada dua doa yang hampir selalu saya ucapkan di setiap kesempatan di bulan Ramadhan.

Doa untuk memperkuat keyakinan.

Dan doa agar Allah menunjukkan hal2 yang masih tersembunyi dan memperjelas hal2 yang tampak.

Prediksi saya, tahun ini akan menjadi tahun perubahan. Tahun kapan saya menyetir balik langkah menuju masa depan.

Memutuskan untuk tidak melanjutkan S2 dalam waktu dekat dan memilih jalan social entrepreneurship untuk menuai kebermanfaatan sebagai insan, adalah sesuatu yang Allah cenderungkan sejak awal tahun 2015. Saat itu, saya bertanya-tanya dan berfikir ulang, apa sebetulnya yang ingin Allah tunjukkan dari setiap tanda2 yang datang?

Tiba2 saja saya diminta untuk mengisi pelatihan kewirausahaan sosial di Jatinangor untuk masyarakat Cirebon yang memiliki jagung sebagai potensi lokal daerahnya, pada pertengahan Februari lalu. Sebelumnya, di sebuah acara dauroh, saya dan teman2 dari ITB diberi kesempatan belajar dari Pak Nur Mahmudi, walikota Depok sekaligus tokoh pangan nasional yang merintis program One Day No Rice untuk Kota Depok. Setelah itu, keinginan untuk beaktivitas di ketahanan pangan pun semakin menguat. Pada akhirnya, forum diskusi yang awalnya hanya terbentukĀ karena punya passion yang berbeda tetapi punya visi yang sama, saya dan beberapa teman2 dari ITB pun memutuskan untuk menyeriusi forum ini menjadi ladang amal di masa depan.

Selama ini, saya hanya meminta pada Allah untuk selalu ditunjukkan yang terbaik bagi kehidupan saya. Perkara apakah berkorelasi dengan bidang studi saya atau tidak, menyita banyak waktu dan energi atau tidak, apakah suatu hal yang instan atau tidak, tapi kalau Allah memang berkendak dan menunjukkan jalan2-Nya, kenapa tidak mencoba mengikuti alur takdirnya?

Subhanallah, mashaa Allah, kemudahan-kemudahan itu berdatangan. Allah membukakan berbagai pintu untuk mengakselerasi saya. Bergabung dengan komunitas social entrepreneur, mendapatkan mentor terbaik, dipercaya untuk memegang pasar Jawa Barat oleh pengusaha beras jagung dari Temanggung, deal kontrak untuk pembangunan pabrik di Kabupaten Garut dengan Badan Ketahanan Pangan Jawa Barat, dan diminta untuk mengelola lahan jagung seluas 120 ha. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

Terlalu banyak nikmat Allah yang kita ingkari sepanjang hidup ini. Terutama untuk hal2 yang bahkan kita tidak notice secara penuh sejak awal bahwa itu adalah karunia terbesar dari-Nya.

Mungkin ada yang bertanya,

Setelah lulus akan beraktivitas apa?

Insha Allah aktivitas di ataslah yang akan saya lakukan selama beberapa tahun ke depan.

Loh, tidak jadi S2?

Mengenai lanjut studi, saya adalah tipe perempuan yang mewajibkan dirinyaĀ  untuk terus belajar. Keinginan untuk melanjutkan sekolah tidak akan pernah hilang, selama dengan itu bisa menambah kecintaan saya pada Allah, dan bisa menjadikan saya insan yang lebih baik lagi. Jadi, saya akan melanjutkan sekolah kalau saya sudah merasa butuh sesegera mungkin untuk sekolah, dan suatu hal yang mendrive saya untuk itu adalah dari apa yang saya lakukan untuk ummat.

Kok jadi banting stir?

Siapa bilang? Bukankah ilmu Allah itu luas? Mengapa kita seolah2 mengkotak2an keilmuan, sementara kita sendiri belum tahu batasan dari ilmu-ilmu tersebut? Belajar di kampus adalah proses belajar untuk menemukan passion. Kita belajar untuk mensistematiskan cara berfikir, mengolah data, menganalisis, mempresentasikan, dan sebagainya, yang akan mendukung aktivitas kita pasca lulus dari kampus.

Tapi kan, sayang dong kamu sudah belajar selama 5 tahun di kampus tapi pada akhirnya kamu tidak mendalami ilmu itu?

Semua itu tinggal bagaimana kita mengubah cara pandang dan pola pikir kita. Semakin luas ilmu yang kita pelajari, bukankah semakin tinggi derajat kita di hadapan Allah? Saya rasa, Ilmu hayati juga sangat dekat dengan ilmu pangan dan social-entrepreneurship. Bagi saya, ilmu hayati adalah konten yang akan saya berikan ke masyarakat, sementara social-entrepreneurship adalah tools bagi saya untuk bisa lebih dekat dengan masyarakat. Mewujudkan ketahanan pangan nasional adalah visi saya untuk Indonesia di masa depan. Inshaa Allah.

Mungkin terdengar idealis, tapi yang saya rasakan sekarang adalah Allah menunjukkan jalan-Nya dan menghadirkan kemantapan hati di dalam diri saya untuk mengikuti alur takdir-Nya.

Allahumma tsabbit quluubanaa, wa baariklanaa fii ‘amaalinaa…

Di sisi lain, tentunya setiap keputusan itu menghasilkan konsekuensi logis yang harus dihadapi. Mewujudkan ketahanan pangan nasional adalah suatu hal yang tidak mungkin dicapaiĀ dalam rentang waktu yang singkat. Butuh investasi energi, waktu, dan harta yang banyak. Butuh modal keikhlasan, kesabaran, doa, serta ikhtiar yang berlebih. Tapi selama Allah menjadi mentor yang paling utama, apakah kita perlu meragu?

Maka selama Ramadhan ini, saya meminta pada Allah untuk selalu dikuatkan keyakinan terhadap jalan ini. Karena lagi2, yang kita kejar tidak lain adalah keberkahan..

Selain itu, saya juga meminta pada Allah agar Ia tunjukkan hal2 yang masih tersembunyi dan memperjelas hal2 yang tampak. Karena manusia terlalu sombong untuk meng-claim bahwa ini dan itu adalah yang terbaik untuk mereka. Padahal, parameter-parameter yang manusia miliki masih sangat terbatas, dibandingkan bashirah Allah yang sangat kuat.

Tentunya, hal ini juga berlaku untuk perkara lainnya. Jika Allah memberikan kecenderungan yang lahir sejak satu tahun yang lalu, dan ia masih terus ada hingga saat ini, maka saya hanya meminta pada Allah agar Ia memantapkan hati dan memberikan tanda-tanda kekuasan-Nya untuk memperlihatkan apa2 yang tersembunyi dan memperjelas apa2 yang tampak. Jika jalan itu terbuka, maka Rabbanaa lakal hamdu.. Jika jalan2 itu tertutup, maka di saat itu kita hanya tinggal percaya pada takdir dengan terus memahami bahwa kemungkinan2 lainnya akan bermunculan bergantung pada kuatnya doa2 kita..

Allaahumma baariklanaa fii haadzaa Ramadhan..

Rabbanaj’al addunyaa fii aydinaa wa laa taj’alhaa fii quluubinaa..

Rabbanaa hablanaa min azwaajinaa wa dzurriyatinaa qurrata a’yun, waj’alnaa lil muttaqiina imaama..

Tsabbit quluubanaa ‘alaa diinika wa sharrif quluubanaa ‘ala thaa’atika.

Semoga Allah membimbing saya pada keputusan2 yang melahirkan keberkahan.

Bandung, 13 Ramadhan 1436 H

Jawaban dan Ujian


Pernahkah kamu sampai pada kondisi ini?

Tiba2 saja lahir keinginan kuat dari dalam dirimu untuk menghentikan doa yang hampir selalu kamu panjatkan dalam doamu, dalam setiap shalat malammu, dan dalam ikhtiar panjangmu.

Kamu sampai pada satu fase dimana kamu perlu menurunkan obsesi yang kamu buat. Sebab kamu tersadar bahwa obsesi itu terbangun dari asumsi2 tak berdasar yang lahir dari lingkungan.

———————

Selama ini, saya selalu punya capaian dalam hidup. Hampir tidak pernah sama sekali saya bergerak tanpa output yang ingin saya capai. Capaian akhirat, semuanya mengarah kesana. Dan tentunya, di-break down dalam capaian2 kongkret.

Bagaimanapun ceritanya, sebesar apapun capaian tersebut, ikhtiar dua arah itu penting. Ikhtiar dalam bentuk doa, dan ikhtiar dalam prosesnya mencapai itu.Ā Menguatkan doa, dan memperluas kemungkinan. Keduanya penting.

Tentu saja, setiap capaian2 itu, didorong oleh suatu hal yang besar. Kebaikan dunia dan akhirat.

Seperti halnya berikhtiar menyukseskan start up bisnis yang saat ini sedang saya bangun. Membuka peluang2 investasi, kerjasama, kolaborasi, sinergi dengan berbagai pihak dan stakeholder penting, infiltrasi kebijakan, dsb yang merupakan ikhtiar horizontal. Tentunya, saya juga terus berikhtiar secara vertikal, untuk terus meminta keberkahan dari karir yang sedang saya rintis pasca kelulusan S1 saya. Berharap agar Allah mempertemukan setiap rencana2 saya dengan rencana2Nya yang menakjubkan di masa depan.

“Wa kaana wa’dullahi haqqa”

Begitu kata Allah.

Bahwa janjiNya itu benar, mutlak, pasti. Dan tidak akan teringkari. Pilihannya hanya dua, saat ini, atau nanti.

Saya juga percaya, bahwa perdagangan terbaik, jual-beli yang paling menguntungkan, adalah jual-beli yang dibangun oleh seorang hamba dengan Rabb-nya. Yang tak hanya berbuah ampunan dan surga untuk kepentingan akhirat, tetapi juga pertolongan Allah dan kemenangan yang nyata, yang lebih dekat dengan kepentingan dunia (QS. Ash-Shaff:12-14).

———————

Lalu bagaimana membedakan antara jawaban dan ujian dari ikhtiar kita?

Di saat doa-doa yang kamu panjatkan memberikan kode2 tertentu yang mengindikasikan dua hal: apakah ini jawaban? Ataukah ujian kesabaran?

Jawaban, jika tidak sejalan dengan harapan, biasanya membuat tendensi tersendiri untuk bersikap negatif. Entah itu su’udzan pada Allah, menghentikan doa, pundung dalam berbuat kebaikan, melonggarkan amalan, dsb.

Ujian, jika seorang hamba memandang suatu perkara sebagai ujian, sebagai tanda bahwa Rabb-nya tidak memberikan suatu hal secara instan, maka ia identik dengan aktivitas positif.

Memperkuat doa, memperkencang sabuk pengaman terhadap perbuatan dosa, mengambil peluang pahala sebanyak2nya, dan tentunya, lahir rasa tawakkal yang mendalam karena percaya pada setiap keputusan-Nya.

Sederhana saja. Mungkin kita terlalu sombong, sehingga setiap doa2 kita, dituturkan secara spesifik. Akibatnya, kita menjadi sulit memandang suatu perkara secara sederhana. Bahwa tugas kita adalah berusaha, selebihnya adalah urusan Allah. Kemudian, lahirlah rasa percaya pada setiap keputusan-Nya.

———————

Jodoh itu, cara Allah menguji hamba-Nya, Shab. Kode2 itu, juga ujian dari Allah untuk melihat seberapa sabar kita menjemput takdir.

———————

Semoga Allah mudahkan dalam berikhtiar. Semoga Allah senantiasa mengalirkan berkah. Doa saya, baarakallahu lak.

Tertulis untuk Pangeran Surgaku


Atas izin Allah, kita akan tumbuh bersama. (Febrianti Almeera)

Febrianti Almeera

Kenapa judulnya ā€œTertulisā€ bukan ā€œDitulisā€? Karena entah kenapa, tiba-tiba saja kalimat demi kalimat indah melintas di benak saya berulang-ulang. Seperti sebuah ketidak sengajaan, tapi saya percaya tidak ada sesuatu yang kebetulan. Ya, memang belakangan ini ada beberapa kejadian. Tapi ya anggaplah saya sebetulnya sedang tidak ada niatan membuat postingan, kemudian tiba-tiba ada energi yang sangat kuat, hadir dalam diri saya, yang entah kenapa membuat saya ingin menumpahkannya sebagai sebuah persembahan.. untuk Pangeran Surgaku, di masa depan šŸ™‚

___________________________________________________________________________________________________

Wahai PangeranĀ Surgaku di masa depan..

Aku tidak tahu siapa dirimu, kapan kita dipertemukan, dan dengan cara apa pertemuan itu bisa terjadi.Ā Tapi ketahuilah.. aku akan menantikannya dengan sabar. Tidak terburu-buru, atau berlama-lama, sesuai dengan yang Allah tetapkan.

Wahai Pangeran SurgakuĀ di masa depan..

Mungkin kita terlahir pada jarak yang tidak dekat dan dalam waktu yang berbeda. Tapi tentu tidak menjadi masalah, sebab Allah memiliki cara terindah yang tidak bisa ditebak, untuk mempertemukan kita.Ā Atau mungkinā€¦

View original post 638 more words

Things To Miss From Japan


yeah šŸ™‚ I do agree!

her soliloquy

This September, I had a fortunate chance to go to Japan, attended International Student Seminar 2013 in Toyohashi, Aichi. This program is a joint collaboration between Toyohashi University of Technology, ITB (Indonesia), UTM (Malaysia), and HCMUT (Vietnam). ITB sent its top 6 of Best Students competition this year (yay I LOVE all-expenses-paid trip!). And believe me, these travel mates of mine were supposed to be saints, but we eventually went a little bit too crazy šŸ˜›

The program itself was a comprehensive one. We learned about high-tech research especially in the field of robotics and electrical engineering (DNA sequencing included), discussed about role of engineers in solving environmental problems in multidisciplinary groups, had 3-days 2-nights home stay with real Japanese families, and were introduced to Japanese cultures (ghosts and spirits!) and language.

Coming back to Indonesia, there are A LOT of things that make me miss Japan. Being a freshā€¦

View original post 1,852 more words

being a “sister”


“Allah, let me do whatever i can do for my sisters and brothers,” she said.

Absolutely agree!!!

Maryam Afifah

kamu tau bagaimana rasanya menjadi seorang kakak?

bahagia ketika melihat sang adik tegar dijalan ini, senyuman ketulusan dari mereka menjadikan kesejukan tersendiri bagi jiwa ini

terharu, ketika semakin hari semakin bertambah kecintaan kepada Rabbnya

gemetaran, ketika saat-saat yang paling ia sukai adalah ketika bermunajat kepada Rabbnya

Iri, ketika lantunan ayat alquran senantiasa membuat dia menangis, takut kepada Rabbnya

bangga, ketika ia lebih total dalam dakwah, mengorbankan banyak hal tanpa harus berfikir panjang

tapi percayalah, ada satu zona lagi yang engkau ubah adik2ku, kau tau saat2 yg paling tidak aku suka adalah ketika mmenyadari aku kakakmu belum bisa berbuat banyak untuk mencapai impianmu. kalian menjalani apa yg tidak kalian suka adalah tamparan besar bagiku.

Allah let me do whatever that I can do for my sisters and brotherImageImageImageImage

View original post

Kamu Mau Kalah?


Sertakan Allah dalam perjuanganmu. Jangan pernah meninggalkan Ia, yang tak mungkin meninggalkanmu walau sedetik saja..

Catatan Pengembara

Jika bermimpi saja tak berani, warna apa lagi yang hendak kau jumpa selain tempat tinggalmu?

Jika berharap saja enggan, kisah apa lagi yang hendak kau pinta selain keseharian yang menjenuhkan?

Jika berdoā€™a saja kau takut, perubahan apa yang kau dapatkan selain pergantian waktu, usia dan tubuhmu yang semakin menua?

Memang ada kalanya kamu akan jatuh dan merasa sakit, seperti anak-anak yang belajar berjalan. Menangis, menunjuk-nunjuk luka yang dihasilkan. Tapi kau lihat anak-anak itu? Mereka tetap bangkit lagi dan belajar berjalan, hingga pada momen yang ajaibā€“kalau dipikir-pikir, mereka bahkan bisa berlari. Melesat bagai anak panah.

Lantas dalam usia yang tidak bisa lagi disebut balita, kamu mau kalah dengan mereka?

Mendustai dirimu bahwa kamu tidak bisa berbuat lebih. Keadaan kau katakan membuatnya demikian. Keterbatasan kau kambinghitamkan atas stagnansi yang menghuni keseharianmu. Padahal di balik itu semua, rasa takut yang tidak kau sandarkan pada Sang Mahakuasa, yang membuatmu tidak mau lagi belajar berjalan

View original post 32 more words

torehan tinta 12 Ramadhan


3 tahun sudah titel mahasiswa menemani hidupnya. 3 tahun yang penuh dengan gejolak rasa. 3 tahun masa pembuktian eksistensi diri di hadapan-Nya. 3 tahun masa kontribusi konkret pada ummat.

Ia merefleksi diri dalam kesendirian. Ditemani keheningan malam dan suara alam. Langit malam itu adalah langit ramadhan. Bulan terlihatĀ hampir setengahĀ bagiannya, mencoba menyapa seluruh penghuni langit dengan cahayanya yang indah.

Siapa sangka waktu bisa secepat itu? 3 tahun terlewat, dan banyak hal terjadi hingga hari ini.

Ia bersedih. Tak banyak yang bisa dilakukannya untuk ummat. Sebagian besar waktunya masih diperuntukkan untuk memikirkan dirinya sendiri. Masih sering memprioritaskan diri sendiri ketimbang ummat. Padahal, Rasulullah mengabdikan seluruh waktu semasa hidupnya untuk ummat yang dicintainya.

Ia bersedih. Menunduk dalam. Tak banyak yang ia lakukan untuk keluarganya. Kepentingan da’wah formal lebih banyak menyita hari-harinya. Rapat, koordinasi, dan berbagai agenda lainnya. Tak banyak ia berinteraksi dengan keluarganya. Tak banyak ia meluangkan waktunya untuk da’wah keluarga. Padahal, Allah telah lebih dulu berfirman bahwa utamakan keselamatan diri dan keluarga dari api neraka. Yaa ayyuhalladziina aamanuu quu anfusakum wa ahliikum naaroo..

Ia bersedih. Semakin menunduk. Dadanya sesak. Tak banyak waktu yang ia gunakan untuk mempersiapkan keselamatan diri-Nya di akhirat kelak. Masih banyak waktu luang yang tersia-siakan, masih banyak aktivitas yang nilai kegunaannya rendah, tak banyak bekalan yang dipersiapkan.. Padahal, telah Allah sebutkan dalam firman-Nya, Wa tazawwaduu fainna khayru zaadittaqwa..

Ia bersedih. Semakin menunduk. Dadanya sesak. Satu persatu bulir air mata turun membasahi pipinya. Ia menyadari betapa lemah dirinya di hadapan Allah. Betapa kecil dirinya di hadapan Allah Yang Mahabesar.

Selalu begitu. Ada masa di mana dirinya begitu lemah. Manja dengan Allah. Ingin bercerita, memohon, dan meminta ampun di saat yang bersamaan. Dan ia selalu suka dengan perasaan seperti itu. Ia bisa saja berlama-lama dalam perasaan tak terdefinisi itu.

Ah ya Allah, ia begitu ingin memeluk-Mu, bertemu dengan wajah-Mu yang Agung. Bermanja-manja dengan Mu. Ia ingin meluapkan kerinduannya dengan surga, dengan hadiah yang menantinya di penghujung perjuangan.

———————————————–

torehan tinta di malam 12 Ramadhan

Rentetan Kegagalan? Nope, Ini sebuah Catatan Perjuangan


Subhanallah, masyaa Allah. Hanya dua kalimat itu yang mampu terucap. Ini catatan perjuangan teman saya di ITB. Semoga terinspirasi untuk terus berjuang šŸ™‚

Concatenation of Words

Di tanah kelahiran, akhirnya kembali membuat tulisan!

Yap. Saya sekarang berada ratusan kilometer dari Bandung, menunaikan kewajiban Kerja Praktek (KP) di PT PUSRI Palembang. Yah, hitung-hitung sekalian pulang kampung, sudah hampir setahun tidak melangkah di tanah Sriwijaya ini. Liburan sebelumnya memutuskan tidak pulang, karena ada amanah PEMIRA yg harus dituntaskan. Kemudian mengingat mahasiswa Teknik Elektro sebelum mengambil TA harus KP terlebih dahulu, diterima di dua perusahaan, memutuskan untuk memilih di Palembang. Dua bulan sudah lebih dari cukup untuk memintal rindu bersama keluarga. Apalagi akan mengarungi Ramadhan bersama, yang tahun kemarin belum bisa dimaksimalkan karena sendirian mengurus segala macam keberangkatan untuk ke Jepang. Alhamdulillah! šŸ™‚

ramadan

Haah, kebiasaan jika sudah menyentuh keyboard & menulis di wordpress pasti terlena dengan paragraf pembuka dan intermezo yg panjang. TapiĀ gaĀ masalah ding! This is my blog and I want to spill out everything stuck in my mind!

Jadi sebenarnya post ini dibuat pada akhirā€¦

View original post 2,446 more words