Pelegalan Kondom dalam Konteks Feminisme


oleh Shabrina Nida Al-Husna, Sopy Subhaniati GLeni Jayanti Abd 

Allah, tiada Tuhan selain Dia, yang menciptakan segala sesuatunya dengan kesempurnaan. Dia menciptakan setiap komponen berpasang-pasangan. Layaknya siang dan malam, bulan dan bintang, putik dan benang sari, pun sama halnya dengan laki-laki dan perempuan. Seperti firman Allah dalam QS. Yasiin ayat 36 “Maha Suci Allah yang telah menciptakan semuanya berpasang-pasangan, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka sendiri maupun dari apa yang tidak mereka ketahui”.

Allah menciptakan  laki-laki dan perempuan untuk saling melengkapi satu sama lain. Dalam penciptaan manusia, secara seksual Allah membedakan manusia atas dasar jenis kelaminnya. Jenis kelamin tersebut berdasarkan fungsi biologis dari komponen yang Allah anugerahkan pada masing-masing dari mereka. Hal itu secara tersirat Allah nyatakan dalam surat Al-Hujurat ayat 13, bahwasanya Allah menciptakan laki-laki dan perempuan adalah sama dalam hal kesempatan mencapai derajat taqwa di sisi-Nya. Di dalam ayat tersebut, Allah memilih kata dzakar untuk mewakili laki-laki dan untsa untuk mewakili perempuan. Berbeda halnya dengan firman Allah dalam surat An-Nisa secara keseluruhan. Di surat tersebut, Allah hendak menunjukkan bagaimana posisi laki-laki dan perempuan jika ditinjau dari gendernya. Laki-laki dan perempuan memiliki potensi dasar (fitrah) yang berbeda, sehingga menentukan posisi dan perannya yang spesifik dalam kehidupan ini. Salah satunya dalam ayat 34 Allah menyatakan bahwa laki-laki dengan kapasitasnya memiliki peran sebagai pemimpin bagi perempuan. Pada ayat 34 tersebut, Allah memilih kata ar-rijal untuk mewakili laki-laki dan an-nisaa untuk mewakili perempuan. Laki-laki dan perempuan jika ditinjau dari sisi gendernya, kita berbicara bagaimana posisi dan perannya dalam kehidupan. Gender merupakan konsekuensi logis dari penciptaan manusia secara seksual. Maka ketika berbicara tentang gender, hal itu mengacu pada peran dan posisi laki-laki dan perempuan sesuai dengan potensi dasarnya.

Itulah yang Allah jelaskan dalam Al-Qur’an mengenai feminisme murni. Islam telah lebih dulu membahas feminisme sesuai dengan porsinya dan dalam koridor yang benar. Bahwa perempuan sesuai dengan kapasitasnya memiliki posisi dan peran yang penting dalam kehidupan, yaitu sebagai pelengkap laki-laki. Tetapi kondisi saat ini banyak bermunculan aliran feminisme baru yang melahirkan paradigma-paradigma yang salah mengenai posisi dan peran perempuan yang sesungguhnya. Yang perlu kita sadari adalah bahwa konsep-konsep baru tentang feminisme yang lahir ini adalah bentuk ghazwul fikri (perang pemikiran) yang merupakan strategi kaum barat untuk menghancurkan Islam secara perlahan.

Jika kita  flashback ke masa jahiliyah, di mana manusia mencapai kondisi paling bobrok selama berlangsungnya siklus kehidupan ini, kita akan menemukan perempuan berada pada level yang paling hina. Mereka dikubur hidup-hidup, diwariskan kepada keturunannya, dianggap aib, bahkan tidak diinginkan kehadirannya di dunia. Lalu apakah yang terjadi ketika Islam datang? Allah meninggikan derajat perempuan di sisi-Nya. Bahkan di salah satu hadist Rasulullah, Allah menempatkan surga di bawah telapak kakinya, yang dengan meraih ridhanya, Allah menjanjikan ridha atasnya.

Perempuan dalam pandangan Islam memiliki posisi yang mulia dan terhormat. Islam sering membahas pandangannya tentang seorang perempuan dari sisi kemuslimahannya, yaitu dalam hal sunnatullah lahiriyahnya seperti mengandung, melahirkan, menyusui, dan tuntutan spesifik lainnya bagi setiap perempuan. Tapi hal itu justru berlainan dengan kondisi perempuan pada saat ini, dimana banyak perempuan yang terpengaruh oleh faham-faham feminis barat yang mendoktrin para perempuan untuk menghilangkan fitrahnya sebagai seorang istri di rumah, sebagai ibu yang harus menyusui anak, sebagai ibu yang mendidik para generasi penerus bangsa. Hal ini tanpa disadari telah merusak harmoni kehidupan yang telah Allah padu padankan dengan sempurna. Hari ini wanita di “muliakan” dengan berbagai pola pemikiran feminisme radikal-nya. Hal ini tentu sangat berbahaya.

Seperti isu yang sedang di soroti sekarang tentang kebijkan MENKES untuk membagikan kondom secara bebas kepada para remaja dengan dalih untuk mengurangi penyebaran HIV-AIDS, pengurangan tingkat aborsi dan upaya penyelamatan terhadap kaum perempuan, yang tentu saja adalah korban dari kebiadaban ini, seolah bahwa ini adalah upaya penyelamatan yang dapat berefek baik terhadap segala sisi, baik itu pengurangan penyebaran HIV-AIDS, pengurangan aborsi, dan pengurangan angka kematian perempuan yang melakukan aborsi, yang tentu saja beresiko besar.

Secara sekilas  kita dapat mengurai bagaimana kebijakan itu sangatlah tidak sesuai dengan logika sekalipun, mereka beralasan kebijakan itu dibuat untuk mencegah penularan virus HIV-AIDS dikalangan remaja khususnya, karena fakta membuktikan bahwa 2,3 juta remaja di Indonesia telah terjangkit virus HIV-AIDS yang 67% penularannya disebabkan oleh heteroseksual (gonta-ganti pasangan) di luar nikah. Alasan ini sangatlah tidak masuk akal, karena pada kenyataannya kondom tidak bisa mencegah penularan virus ganas itu, researchmembuktikan bahwa pori-pori kondom tidak bisa memfilter virus itu sendiri, karena ukuran virus yang jauh lebih kecil dari pori-pori kondom. Kondom yang terbuat dari karet lateks memiliki diameter 0.000001 mm. Disamping data tersebut, masih dari milist yang sama, Mer C menunjukkan ukuran pori-pori kondom adalah 1/6 micro, sedangkan ukuran Virus HIV adalah 1/250 micron.

Dari data tersebut, sudah pasti virus HIV akan bebas keluar masuk melalui pori-pori kondom dengan mudah. Dengan adanya fakta itu, seharusnya pemerintah sudah tidak bisa menolak untuk tidak menerapkan kebijakan itu, tapi langkah mereka tidak  berhenti sampai di sana, masih ada alasan-alasan lain yang mereka gunakan untuk tercapainya misi tersebut.

Kini mereka berdalih untuk mensejahterakan kaum wanita dan mengatasnamakan HAM (Hak Asasi Manusia). Bersumber dari fakta dan data yang dikeluarkan oleh BKKBN pada tahun 2011 angka kematian remaja putri dan bayi di Indonesia yang meninggal karena kasus aborsi mencapai angka yang signifikan, yaitu 26.483 kasus. Tentunya hal ini menjadi masalah tersendiri bagi Kemenkes, karena fungsi dan keberadaannya tidak membawa perbaikan pada kondisi bangsa serta tidak bisa menyelamatkan nasib para generasi penerus bangsa yang telah meninggal sebelum ia dilahirkan, dan itu telah melanggar HAM yakni hak untuk hidup. Jika hal itu dijadikan alasan mereka untuk merealisasikan kebijakan tersebut, sangatlah bertolak belakang dengan apa yang mereka lontarkan. Karena pada hakikatnya kebijakan itu tidak untuk mensejahterakan kaum perempuan, justru menjadikan perempuan itu sebagai objek pelampiasan nafsu belaka.

Allah Maha Mengetahui apa yang terbaik untuk makhlukNya, termasuk dalam penciptaan laki-laki dan perempuan. Perempuan telah diciptakan berbeda dengan kaum laki-laki, yakni dikaruniai rahim. Ketika seorang perempuan menikah, kemudian ia hamil, maka itu hal yang wajar karena memang dilakukan setelah pernikahan. Sedangkan jika seorang perempuan hamil, sementara ia belum menikah, maka hal itu merupakan aib. Allah telah memberikan tanda dengan adanya rahim di dalam perut seorang perempuan agar kaum perempuan lebih hati-hati dalam pergaulan. Dengan mengatasnamakan feminisme, mereka berdalih untuk melindungi dan mengangkat martabat kaum perempuan. Padahal jika kita memahami, kebijakan itu justru sangat merendahkan kaum perempuan.

Setiap perempuan seharusnya memahami secara menyeluruh mengenai konsep feminisme murni. Karena Allah telah menjelaskannya secara detail di dalam Al-Quran. Inilah konsep feminisme yang sesungguhnya. Karena konsep feminisme yang dibawa Islam adalah yang berusaha menempatkan posisi perempuan pada tempatnya yang sesungguhnya. Yaitu dengan tidak melupakan fitrahnya dan sesuai dengan porsi yang tepat. Betapa Islam memuliakan perempuan dengan segala potensi dasarnya. Maka sebagai perempuan hendaknya menyadari fitrah dan potensinya untuk membangun masyarakat yang beradab. Karena dari rahim perempuan-lah akan lahir generasi generasi pembangun peradaban dunia.

 

Tim Isu Feminisme Jaringan Muslimah Jawa Barat

dalam Daurah Mar’atush Shalihah

Institut Teknologi Telkom, 15-17 Juni 2012

self reminder #1


Kau melakukannya karena butuh, atau kau melakukannya karena wajib?

Kebutuhan adalah tentang rasa.. tentang perasaan.

Sementara kewajiban adalah tentang tanggung jawab.

 

Butuh adalah tentang sebagai manusia,

sedangkan wajib adalah tentang sebagai hamba.

 

Tidak bisa! Kau datang hanya saat kau butuh!

Kau pikir kau siapa??

Kebutuhan selalu bicara tentang kau.. kau.. dan kau!

Dan haruskah selalu karena wajib??

 

Dorongan kebutuhan yang melebihkanmu dari malaikat.

Sedangkan dorongan kewajiban yang membedakanmu dengan binatang.

 

Sepertinya, ini bukan pilihan.. ya kan?

Bukan juga strata.

 

Kebutuhan-kewajiban, leburkan bersama cinta..

 

#catatan pengingat diri

Semangat itu..


Aku suka semangatnya :’)

Aku suka sikap menggebu-gebunya.

———————————————————————————————

Aku tahu..

Bahkan sangat tahu. *atau sok tahu? :p

Bahwa ia punya rencana-rencana besar untuk setiap mutiara kecil yang dimilikinya.

Ia punya obsesi yang sangat kuat untuk mereka.

Karenanya, ia selalu berusaha menularkan virus-virus semangatnya.

Suatu saat, ia pernah berkata,

“Kalian tidak hanya aset bagi Ummi dan Abi, tetapi juga aset bagi jalan da’wah ini. Kalian adalah pemuda-pemudi yang Allah janjikan kemenangan baginya di masa depan. Abi yakin, suatu saat nanti, kalian akan menempati posisi-posisi penting di jalan ini. Kalian adalah pembangun peradaban. Maka bersiaplah untuk menjemput itu semua. Abi yakin kalian mampu.”

Ah, semangatnya itu lho, kadang nggak nahan. Nggak nahan untuk langsung gerak, untuk langsung berkarya detik itu juga. Klo udah dikasih wejangan dari Abi, rasanya mau lompat, lompat setinggi-tingginya! Ingin menembus awan-awan mimpi yang tersketsa di langit angan. Ingin berlari sekencang-kencangnya, menembus angin asa yang berhembus dari setiap relung jiwa. Ingin mewujudkannya, dengan sekepal tekad dan segenggam janji. Lalu merancangnya  lagi, mewujudkan lagi, dan terus begitu.

Ah Abi, kau selalu berhasil membuat kami tersadar, lalu bangkit. Kau selalu bisa membuat kami merasa berharga. Bahwa dunia ini butuh kami sebagai agen-agen perubahan. Yeah, we are precious, because we are the agents of change! 🙂

Tak perlulah kami ragu,

untuk menjadikanmu teladan terdekat.

Sebab kau punya bukti,

bahwa kau telah mewujudkan satu persatu mimpimu.

Aku salut. Aku bangga. Bahkan terkadang aku merasa minder terhadap apa yang sudah kau karyakan.

mucglobal.com –> silahkan kunjungi, mungkin bisa terinspirasi 🙂

Kini.. saatnya kami mulai mewujudkan mimpi-mimpi kami -yang juga mimpi-mimpimu-

Hingga suatu saat, ketika kau mencapai usia senjamu, kami pun punya karya yang bisa menjadi kebanggaanmu.

Maka tekadku, saat wisuda sarjanaku kelak, kan kupersembahkan karya-karya terbaikku. Menjadi lulusan terbaik, menjadi mahasiswa teladan, menjadi apapun yang bisa membuat kalian bangga. Benar-benar akan membuktikan bahwa aku adalah mutiara kecil yang kalian miliki.

Juga saat wisuda akhirat kelak, kan kupersembahkan mahkota kemuliaan pada kalian, mahkota yang sinarnya menyilaukan, dan mampu mengalahkan sinar matahari sekalipun.

Itu janjiku, Abi. Semoga Allah izinkan aku untuk mewujudkannya satu per satu. Biidznillah :’)

 

Yaumus Sabt, 12 Rajab 1433 H

Jejak


Kau tak bisa menginjak pasir tanpa meninggalkan jejak..

Jikalau kau harap ombak akan menghapusnya, itu juga butuh waktu.

Bahkan tidak dengan sekali sapuan angin untuk mengabrasinya.

Jika kau sadar, sejatinya dirimu butuh aku..

 

Berbaliklah..

Kau pergi terlalu lama,

karena.. saat jejakmu telah terhapus sempurna,

aku mungkin sudah tidak di tempat yang sama..

 

#ah, sepertinya aku rindu mereka.